MASUK DAN BERKEMBANGNYA ISLAM
DI INDONESIA
A. Pendahuluan
Pendidikan Islam di Indonesia telah berlangfsung sejak masuknya Islam ke Indonesia. Pada tahap awal pendidikan Islam dimulai dari kontak pribadi maupun kolektif antara muballig (pendidik) dengan peserta didiknya. Setelah komunitas muslim terbentuk di suatu daerah, maka mulailah mereka membangun lembaga pendidikan (mesjid). Masjid difungsikan sebagai tempat nibadah sekaligus tempat berlangsungnya pendidikan Islam yang pertama muncul di samping tempat kediaman ulama atau muballig. Setelah itu muncullah lembaga-lembaga pendiidkan Islam lainnya seperti pesantren di Jawa, rangkang, dayah di Aceh dan surau di sumatera Barat.
B. Masuk dan Berkembangnya Islam
Di Indonesia
Masuknya Islam ke Indonesia agak unik bila dibandingkan dengan masuknya Islam ke daerah-daerah lain. Keunikannya terlihat pada proses masuknya Islam ke Indonesia yang relatif berbeda dengan daerah lain. Islam masuk ke Indonesia secara damai dibawa oleh para pedagang dan muballig. Sedangkan Islam yang masuk ke daerah lain pada umumnya banyak lewat penaklukkan, seperti masuknya Islam ke Irak, Iran, Mesir, Afrika Utara sampai ke Andalusia.
Terdapat beberapa teori tentang kedatangan Islam ke Indonesia, terutama berkenaan dengan waktu datangnya, negeri asalnya dan pembawanya. Sarjana Belanda kebanyakan berpendapat bahwa kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari India, di antara sarjana tersebut adalah Pijnappel dari Universitas Leiden, Moquette, Snouck Hurgronje. Menurut Hurgronje, abad ke-12 adalah periode paling mungkin dari permulaan penyebaran Islam di Nusantara.
Menurut beberapa sumber sejarah dijelaskan bahwa Selat Malaka sebagai rute perdagangan yang telah lama dikenal, sebagai salah satu jalur perdagangan dari dunia Timur ke Barat di samping jalan darat. Pada abad ke-7 dan 8, pada saat kerajaan Sriwijaya mengembangkan kekuasaannya, selat Malaka sudah mulai dilalui oleh pedagang-pedagang muslim dalam pelayarannya ke negeri-negeri Asia Tenggara dan Timur. Sejalan dengan penjelasan di atas, di Medan pada tahun 1963, dan di Kuala Simpang di Aceh pada tahun 1980 telah dilaksanakan seminar tentang masuknya Islam ke Indonesia. Kedua seminar tersebut telah sepakat menyatakan bahwa Islam telah masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijriyah langsung dari Arab.[1]
Terbentuknya masyarakat muslim di suatu tempat adalah melalui proses yang panjang yang dimulai dari terbentuknya pribadi-pribadi muslim sebagai hasil dari upaya da’i. Masyarakat tersebut selanjutnya menumbuhkan kerajaan Islam di Nusantara, seperti kerajaan Perlak, Pasai, Aceh Darussalam, Banten, Demak, Mataram, dan lain sebagainya.
Hajsmy menjelaskan bahwa kerajaan Islam tertua di Nusantara adalah Perlak yang berdiri pada 1 Muharram 225H (840M) dengan rajanya yang pertama adalah Sultan Alauddin Sayyid Maulana Abdul Aziz Syah. Hasjmy melandasi pendapatnya itu berdasarkan naskah-naskah kuno yakni kitab Idharul Haqq karangan Abu Ishak Makarany al Fasy, dan kitab Tazkiroh Jumu’ Sulthan al Salathin karangan Syekh Syamsul Bahri al Asyi, dan kitab silsilah raja-raja Perlak dan Pasay.
Tumbuhnya pusat-pusat kekuasaan Islam di Nusantara ini jelas sangat berpengalaman sekali bagi proses islamisasi di Indonesia. Kekuatan politik digabungkan dengan semangat para muballig yang mengajarkan Islam merupakan dua sayap kembar yang mempercepat tersebarnya Islam ke berbagai wilayah di Indonesia.[2]
- C. Kehidupan Bangsa Indonesia Sebelum Datangnya Islam
Menurut ahli etnologi, asal-usul keturunan bangsa Indonesia dari bangsa Austronesia dari Hindia-Belanda. Sekarang termasuk daerah Thailand, Birma, Kamboja, Laos, Khmer, dan Toncin.
Kehidupan penduduk bangsa Indonesia pada waktu itu masih tergantung pada alam. Mereka berpindah dari tempat satu ke tempat lain untuk mencari makanan sehingga menyebarlah penduduk Indonesia di seluruh pulau, di antaranya Kalimantan, Sumatera dan Jawa.
Nama Indonesia pertama-tama disebutkan oleh orang Inggris yang bernama Richard Kgan, ia menyebut Indonesia dengan maksud memberi sinonim bagi istilah India atau kumpulan Indonesia.
Sebelum agama Islam datang, bangsa Indonesia sudah memeluk bermacam-macam kepercayaan dan agama. Kepercayaan itu disebut animisme dan dinamisme sedangkan agamanya adalah Hindu dan Budha.[3]
D. Masuknya Islam Ke Indonesia
Kedatangan Islam ke Indonesia umumnya dihubungkan dengan masalah perdagangan dan pelayaran. Hubungan pelayaran dan perdagangan antara bangsa-bangsa yang mendiami Asia, baik bagian Barat, Timur maupun bagian Tenggara, sudah ada sejak abad pertama Masehi.
Dua faktor utama yang menyebabkan Indonesia mudah dikenal oleh bangsa-bangsa lain, khususnya oleh bangsa di Timur Tengah dan Timur Jauh, yaitu:
- Faktor letak geografis yang strategis, yaitu Indonesia berada di persimpangan jalan raya internasional dari jurusan Timur Tengah, Tiongkok, melalui lautan dan jalan menuju Benua Amerika dan Australia.
- Faktor kesuburan tanahnya yang menghasilkan bahan-bahan keperluan hidup yang dibutuhkan oleh bangsa-bangsa lain. Misalnya, rempah-rempah.
Mukti Ali mengatkan bahwa suksesnya penyiaran Islam di Indonesia, selain karena ajaran-ajaran Islam itu gampang dimengerti, juga karena kesanggupan pembawa Islam dalam memberikan konsekuensi terhadap yang ada dan hidup dalam masyarakat. Sementara itu, Fachry Ali dan Bachtiar Effendy menguraikan tiga faktor utama yang mempercepat proses penyebaran Islam di Indonesia.[4]
- Ajaran Islam melaksanakan prinsip ketauhidan dalam sistem Ketuhanannya, suatu prinsip yang secara tegas menekankan ajaran untuk mempercayai Tuhan Yang Maha Tunggal.
- Daya lentur (fleksibelitas) ajaran Islam, dalam pengertian bahwa ia merupakan kondifikasi nilai-nilai yang universal.
- Islam oleh Indonesia dianggap suatu institusi yang amat dominan untuk menghadapi dan melawan ekspansi pengaruh Barat melalui kekuasaan-kekuasaan bangsa Portugis dan Belanda yang me-ngobarkan penjajahan dan penyebaran agama Kristen.
E. Periodisasi Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia
Pendidikan Islam tersebut pada dasarnya dilaksanakan dalam upaya menyahuti kehendak umat Islam pada masa itu dan pada masa yang akan datang yang dianggap sebagai need of life. Usaha yang dimiliki apabila kita teliti dan perhatikan lebih mendalam merupakan upaya untuk melaksanakan isi kandungan al-Qur’an terutama yang tertuang pada surah al-‘Alaq ayat 1-5 sebagaimana Islam itu mula-mula diterima Nabi Muhammad SAW. melalui Malaikat Jibril di Gua Hira. Ini merupakan salah satu contoh dari operasi-onalisasi penyampaian dari pendidikan tersebut.[5]
Periode pembahasan tentang lintasan atau periode sejarah pendidikan Islam, sebagai berikut:
1) Periode pembinaan pendidikan Islam, yang berlangsung pada masa Nabi Muhammad SAW. lebih kurang 23 tahun semenjak beliau menerima wahyu pertama sebagai tanda kerasulannya sampai wafat.
2) Periode pertumbuhan pendidikan Islam, yang berlangsung sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW. sampai dengan akhir kekuasaan Bani Umayyah, yang diwarnai oleh penyebaran Islam ke dalam lingkungan budaya bangsa di luar bangsa Arab dan berkembangnya ilmu-ilmu naqli.
3) Periode kejayaan pendidikan Islam, yang berlangsung sejak permulaan Daulah Bani Abbasiyah sampai dengan jatuhnya kota Baghdad yang diwarnai dengan berkembangnya secara pesat ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam serta mencapai puncak kejayaan.
4) Tahap kemunduran pendidikan Islam, yang berlangsung sejak jatuhnya kota Baghdad sampai dengan jatuhnya Mesir oleh Napoleon Bonaparte sekitar abad ke-13M yang ditandai oleh lemahnya kebudayaan Islam dan berpindahnya pusat-pusat pengembangan kebudayaan dan peradaban manusia ke dunia Barat.
5) Tahap pembaruan pendidikan Islam, yang berlangsung sejak pendudukan Mesir oleh Napoleon Bonaparte di akhir abad ke-18M sampai sekarang ini, yang ditandai dengan masuknya unsur-unsur budaya dan pendidikan modern dari dunia Barat ke dunia Islam.[6]
F. Lembaga Pendidikan Islam Awal di Indonesia
Pada tahap awal pendidikan Islam itu berlangsung secara formal, para muballig banyak memberikan contoh teladan dalam sikap kehidupan mereka sehari-hari. Para muballig itu menunjukkan akhlakul karimah, sehingga masyarakat yang didatangi menjadi tertarik untuk memeluk agama Islam dan mencontoh perilaku mereka.
Setelah masyarakat muslim di suatu daerah terbentuk, maka yang menjadi perhatian mereka buat pertama sekali adalah mendirikan rumah ibadah (masjid, langgar atau musalla). Apa sebab? Karena kaum muslimin itu diwajibkan untuk salat lima waktu sehari semalam dan sangat dianjurkan untuk berjama’ah.
Di dalam sejarah Islam sejak zaman Nabi Muhammad telah difungsikan rumah ibadah tersebut sebagai tempat pendidikan. Rasul menjadikan Masjid Nabawi untuk melangsungkan proses pendidikan di dalamnya. Perbuatan beliau ini ditiru oleh khalifah-khalifah sesudah beliau, baik hanya khulafaur rasyidin maupun khalifah-khalifah Bani Umayyah, Abbasiyah dan sebagainya. Dengan demikian, masjid berfungsi sebagai tempat pendidikan adalah merupakan suatu keharusan di kalangan masyarakat muslim.[7]
Ada beberapa lembaga pendidikan Islam awal yang muncul di Indonesia, antara lain:[8]
1) Masjid dan langgar
2) Pesantren (Jawa)
3) Meunasah, rangkang dan dayah (Aceh)
4) Surau (Minangkabau)
G. Teori tentang Masuknya Islam ke Indonesia
Adapun mengenai cara dan pembawa agam Islam ke Indonesia pada masa permulaan, para pengamat sejarah berbeda pendapat. Ahmad Mansyur Suryanegara menguraikan tiga teori tentang masuknya agama Islam ke Indonesia, yaitu:[9]
1) Teori Gujarat
Snouck Hurgronje lebih menitikberatkan pandangannya ke Gujarat berdasarkan;
- Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran agama Islam ke Nusantara.
- Hubungan dagang Indonesia-India telah lama terjalin.
- Inskripsi tertua tentang Islam yang terdapat di Sumatera dengan Gujarat
2) Teori Mekkah
Hamka menolak pandangan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 dan berasal dari Gujarat. Pernyataan ini disampaikan dalam ”Seminar Sejarah Masuknya Agama Islam ke Indonesia” di Medan , 17-20 Maret 1963.
Beliau lebih mendasarkan pandangan pada peranan bangsa Arab sebagai pembawa agama Islam ke Indonesia, pada abad ke-7. Adapun Gujarat dinyatakan sebagai tempat singgah semata, Mekkah sebagai pusat, atau Mesir sebagai tempat pengambilan ajaran Islam.[10]
3) Teori Persia
P.A. Hoesein Djajadiningrat adalah pembangun teori Persia di Indonesia. Teori Persia menitikberatkan tinjauannya pada kebudayaan yang hidup di kalangan masyarakat Islam Indonesia yang dirasakan mempunyai persamaan dengan Persia.
Kesamaan kebudayaan ini dapat dilihat pada masyarakat Islam Indonesia, antara lain;
- Peringatan 10 Muharram atau ‘Asyura sebagai hari peringatan Syi’ah atas kematian syahidnya Husain.
- Adanya kesamaan ajaran Syaikh Siti Jenar dengan ajaran sufi Iran, al-Hallaj.
- Sistem mengeja huruf Arab, untuk tanda-tanda bunyi harakat dalam pengajian al-Qur’an tingkat awal;
Bahasa Iran Bahasa Arab
– Jabar – zabar – Fathah
– Jer – zeer – Kasrah
– P’es – py’es – Dhammah
H. Pendidikan Islam Zaman Kemerdekaan (1945-1965)
Penyelengaraan pendidikan agama setelah Indonesia merdeka mendapat perhatian serius dari pemerintah, baik di sekolah negeri maupun swasta. Usaha untuk itu dimulai dengan memberikan bantuan terhadap lembaga sebagaimana yang dianjurkan oleh Badan Pekerja Komite Nasional Pusat (BPKNP) 27 Desember 1945 menyebutkan bahwa:[11]
“Madrasah dan peasntren yang pada hakikatnya adalah satu alat dan pencerdasan rakyat yang sudah berurat berakar dalam masyarakat Indonesia pada umumnya, hendaklah pula mendapat perhatian dan bantuan nyata tuntutan dan bantuan material dari pemerintah.”
Sementara itu, bila membicarakan organisasi Islam dan kegiatan pendidikan, sudah tentu tidak bisa terlepas dari membicarakan bentuk, sistem dan cita-cita bangsa Indonesia yang sekian lama. Dasar negara ayang telah disepakati bersama saat mendirikan negara adalah Pancasila, yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Inilah yang dijadikan pangkal tolak pengelolaan negara dalam membangun bangsa Indonesia.
Kementerian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan pertama Ki Hajar Dewantara mengeluarkan instruksi umum yang isinya memrintahkan pada semua kepala-kepala sekolah dan guru-guru, yaitu:
1) Mengibarkan Sang Merah Putih tiap-tiap hari di halaman sekolah.
2) Melagukan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
3) Menghentikan pengibaran bendera Jepang dan menghapuskan nyanyian Kimayago, lagu kebangsaan Jepang.
4) Menghapuskan pelajaran Bahasa Jepang, serta segala ucapan yang berasal dariu pemerintah Bala Tentara Jepang.
5) Memberi semangat kebangsaan kepada murid-muridnya.[12]
I. Akselerasi Perkembangan Islam pada Umumnya
Pengembangan dan penyiaran agama Islam termasuk paling dinamis dan cepat dibandingkan agama-agama lainnya. Hal tersebut diukur dengan waktu yang sebanding. Catatan sejarah telah membuktikan bahwa Islam dalam waktu 23 tahun dari kelahirannya sudah menjadi tuan di negerinya sendiri, yaitu Jazirah Arabia. Pada zaman khalifah Umar bin Khathab, Islam telah masuk secara potensial di Syam, Palestina, Mesir dan Irak. Pada zaman Usman bin Affan, Islam telah masuk di negeri-negeri bagian Timur sampai Tiongkok dibawa oleh para pedagang zaman dinasti Tang. Kesimpulannya ialah bahwa dalam waktu kurang lebih satu abad dari kelahirannya, Islam telah jauh tersebar sampai ke Tiongkok, Afrika bagian Utara, Asia kecil dan Asia bagian Utara (lembah sungai Eufret dan Tigris).
Akselerasi dan dinamika penyebaran Islam tersebut disebabkan adanya faktor-faktor khusus yang dimiliki oleh Islam pada periode permulannya. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1) Faktor ajran Islam itu sendiri.
2) Faktor tempat kelahiran Islam, yaitu Jazirah Arabia;
a) Jazirah Arabia lokasinya sangat strategis, yaitu di tengah persimpangan antara Benua Afrika, Asia bagian Utara dan Timur.
b) Arabia itu disebut jazirah (pulau).[13]
DAFTAR PUSTAKA
Daulay, Haidar Putra. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007
Nizar, Samsul. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Putra Grafika, 2007
Rukiati, Enung K. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Bandung: Pustaka Setia, 2006
Zuhairini dkk., Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2008
|
[1] Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), hlm 11.
[2] Ibid, hlm 14.
[3] Enung K. Rukiati, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. (Bandung: Pustaka Setia, 2006), hlm. 19
[4] Ibid., hlm. 347
[5] Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Putra Grafika, 2007), hlm. 345
[6] Ibid, hlm.16
[7] Haidar Putra Daulay, Op.Cit., hlm. 19
[8] Ibid., hlm. 23
[9] Enung K. Rukiati, Op.Cit., hlm. 22
[10] Ibid, hlm. 26
[11] Samsul Nizar, Op.Cit., hlm. 350
[12] Ibid., hlm. 352
[13] Zuhairini dkk., Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 127